Hari Bersamanya
Hari telah berganti, tak bisa kuhindari. Tibalah saat ini bertemu dengannya.
Hujan tadi malam
masih menyisakan beberapa genangan air di trotoar. Cukup menyebalkan. Aku
menjadi harus mengeluarkan energi lebih untuk melompati genangan-genangan itu.
Namun beruntung tidak ada orang yang berjalan melintasiku dan menginjaknya.
Karena kalau iya, pasti cipratan air akan mengotori celana jeans-ku. Dan aku pasti akan mengganti kalimat kedua menjadi
“sangat menyebalkan”.
Ada sebuah alasan
tersendiri mengapa aku tidak ingin pakaianku menjadi kotor. Karena hari ini,
aku akan bertemu dengan seseorang. Kemarin aku sudah membuat janji dengannya.
Dia memintaku untuk menunggu di taman kota. Dan tentu saja aku tidak
menolaknya. Apalagi jarak taman itu hanya beberapa blok dari rumah. Sehingga aku tak
perlu repot-repot untuk menaiki kendaraan umum.
Jantungku berdegup cepat, kaki bergetar hebat. Akankah aku ulangi merusak harinya.
Yak, akhirnya aku
sampai juga di seberang taman. Aku segera menuju ke tempat dimana dia memintaku
untuk menunggunya, bangku yang berada di tengah taman ini. Aku sudah bisa
melihat bangku itu dengan jelas. Kalau tidak salah hitung, aku hanya perlu
berjalan tujuh belas langkah dari jalan raya.
Bangku ini agak
basah. Pasti juga gara-gara hujan tadi malam. Aku segera mengambil sapu tangan
di saku belakang celanaku untuk sedikit membersihkannya. Setelah kurasa
cukup kering, baru aku duduk.
Jarum jam di
tanganku masih berada di angka 8. Masih ada waktu sekitar satu jam lagi sebelum
dia datang. Namun perutku sepertinya sudah mulai mengirimkan sinyal-sinyal
lapar. Aku memang belum sempat sarapan pagi ini.
Aku menjadi teringat
dengan sebuah warung bubur ayam kesukaanku. Dekat dari sini. Tempatnya memang tidak terlalu besar, tapi rasanya sangat enak. Berbeda dengan bubur ayam biasa. Dulu
saat aku masih kecil, ibuku yang sering mengajakku kesana.
Ah, sebentar lagi, kalau
dia sudah datang, aku akan mengajaknya makan disana. Pasti dia juga suka.
Mohon Tuhan untuk kali ini saja. Beri aku kekuatan tuk menatap matanya.
Kusempatkan diri
untuk memotret keadaan di sekeliling dengan kedua mataku. Cukup sepi. Aku hanya
melihat seorang laki-laki berseragam putih abu-abu yang sedang berlari dengan
tergesa-gesa di seberang jalan. Mungkin, ia terlambat.
Hei, tapi bukankah sekarang hari minggu?
Lantas kenapa laki-laki itu berlarian dengan seragam
SMA?
Ah sudahlah, tak
terlalu penting. Yang terpenting bagiku saat ini, hanyalah dia. Seseorang yang
aku tunggu.
Semoga dia segera
datang.
Mohon Tuhan untuk kali ini saja lancarkanlah hariku. Hariku bersamanya, hariku bersamanya…
No comments:
Post a Comment